Cirebonmedia.com- Biasa dipanggil Oji. Tinggal di Desa Susukan Kec. Susukan Kab. Cirebon. Mengawali jejaknya di dunia seni sejak SMP menjadi salah satu personil band. Sempat pula mengadakan beberapa pementasan drama di desanya. Ia berharap agar kesenian bisa tumbuh di desanya.

Tahun 2010 ia resmi menjadi salah satu personil Band Rumput Laut. Selama proses kreatif di dalamnya, Oji pun akhirnya tidak hanya mampu menguasai alat musik gitar, namun juga bass, drum, keyboard, zimbe, perkusi, bahkan sampai pada membuat lirik lagu. Proses pembelajarannya tentu saja secara otodidak. Ia banyak belajar dari beberapa kawannya yang sudah lebih dulu mampu membuat karya lagu.

Baginya, Rumput Laut merupakan band unik, karena mengedepankan kekeluargaan. Band ini sudah menelurkan satu album di tahun 2012 dengan sebelas lagu dan di tahun ini sudah diprogramkan akan kembali meluncurkan album kedua dengan target dua belas lagu. Mereka biasanya berlatih rutin seminggu sekali setiap Sabtu malam atau Minggu malam di basecame mereka, yakni di Studio Pandawa Plumbon.

Diakui Oji, bahwa berkat band ini dirinya dapat melancong ke beberapa kota mengisi acara-acara di sana. Beberapa kota yang pernah mereka singgahi, antara lain Brebes, Tegal, Purworejo, Purwokerto, Pasuruan, Banyuwangi, Yogyakarta, Bandung, Jakarta, dan kini sedang mempersiapkan untuk perform di Bali.

Untuk mewujudkan mimpinya agar kesenian tidak lenyap  dari desanya, Oji dan kawan-kawan mendirikan komunitas musik bambu, Sakakala Karinding dengan memberdayakan alat musik karinding khas Cirebon. Komunitas ini berdiri tahun 2014 dengan beberapa pendirinya Saeroji, Dengkeng, Bandi, Iting, Angga, dan Neneng. Karinding khas Cirebon memiliki bentuk sedikit sabit dan terbuat dari bambu ampel, namun dari segi suara dan cara memainkannya sama dengan alat musik karinding lainnya.

Program Sakakala yang sedang dijalankan, yakni keliling desa untuk memperkenalkan dan memberikan edukasi soal karinding khas Cirebon setiap satu bulan sekali di acara Kliwonan di mana semua kesenian menyatu di dalamnya dan sudah sebelas desa disambangi. Selain itu, Oji juga membuka kelas bunyi dan suara di acara Kliwonan.

Pergerakan Oji dan kawan-kawan tidak hanya sampai di situ. Mereka juga memberikan edukasi kesenian miniatur bambu sebulan sekali pada warga Desa Susukan dan mengadakan kegiatan rutin Minggu Berbagi, yakni acara diskusi dan berbagai pelatihan yang disesuaikan dengan tema yang diusung di setiap pertemuan perminggunya. Kegiatan ini tentu saja dibimbing oleh narasumber yang ahli di bidangnya.

Sebagai seorang anak yang terlahir dan besar di desa, ia menyadari desanya perlu mendapatkan suntikan. Hatinya pun tergerak untuk memberikan kontribusi terhadap perkembangan dan kemajuan desanya agar masyarakatnya memiliki kemampuan dan wawasan lebih sehingga mampu berdaya saing dengan masyarakat lainnya.

Sepak terjang Saeroji membuktikan pada kita semua bahwa semangat muda-mudi di desa tidak kalah dengan semangat pemuda di kota. Sejatinya setiap individu berhak mendapatkan pembelajaran di mana pun dan kapan pun. Pada akhirnya mereka yang tidak pernah berhenti belajarlah yang akan mengetahui dan memahami arti pendidikan yang sesungguhnya.

33 Total Views 1 Views Today