Beberapa Filosofi Hidup Dari Tokoh Pewayangan

Cirebonmedia.com- Kehidupan masyarakat di pulau Jawa tak bisa dipisahkan dari Tokoh Pewayangan. Filosofi dari tokoh pewayangan ini kemudian menjadi pegangan hidup bagi masyarakat Jawa. Kebanyakan masyarakat Jawa percaya dengan filosofi dari para tokoh pewayangan dan memahami betul filosofi tersebut dan kemudian diterapkan dalam setiap sendi-sendi kehidupan mereka.

Dalam dunia pewayangan kita mengenal banyak sekali tokoh-tokoh wayang yang kemudian menjadi contoh bagi masyarakat Jawa dan tokoh yang terenal ialah Punakawan. Punakawan adalah karakter yang khas dalam wayang Indonesia. Mereka melambangkan karakter dari sebagian besar orang. Karakternya mengindikasikan bermacam-macam peran, seperti penasihat para ksatria, penghibur, kritisi sosial, badut bahkan sumber kebenaran dan kebijakan. Dalam wayang Jawa karakter punakawan terdiri atas Semar, Gareng, Bagong, dan Petruk.

Para tokoh punakawan sendiri memiliki filosofi hidup masing-masing yang hingga sampai saat ini masih digunakan oleh sebagian besar masyarakat di tanah Jawa. Filosofi ini berisikan tentang pegangan hidup yang bisa membuat siapa pun yang menerapkannya memiliki kehidupan yang nyaman dan damai.

Dan berikut adalah beberapa filosofi hidup dari para tokoh pewayangan:

Semar

semarSemar berasal dari kata Samara (bergegas). Semar merupakan pusat dari punakawan sendiri dan asal usul dari keseluruhan punakawan itu sendiri. Semar disegani oleh kawan maupun lawan Semar menjadi rujukan para kesatria untuk meminta nasihat dan menjadi tokoh yang dihormati. Namun karakter tetap rendah hati, tidak sombong, jujur, dan tetap mengasihi sesama dapat menjadi contoh karakter yang baik. Penuh kelebihan tetapi tidak lupa diri karena kelebihan yang dimiliki.

Filosofi : Semar,dengan jari telunjuk seolah menuding,melambangkan KARSA/keinginan yang kuat untuk menciptakan sesuatu. mata yang menyipit juga melambangkan ketelitian dan keseriusan dalam menciptakan.

Gareng

GarengNala Gareng berasal dari kata nala khairan (memperoleh kebaikan). Gareng adalah anak Semar yang berarti pujaan atau didapatkan dengan memuja. Nalagareng adalah seorang yang tak pandai bicara, apa yang dikatakannya kadang- kadang serba salah. Tetapi ia sangat lucu dan menggelikan. Nalagareng merupakan tokoh punakawan yang memiliki ketidaklengkapan bagian tubuh. Nalagareng mengalami cacat kaki, cacat tangan, dan mata.Karakter yang disimbolkan adalah cacat kaki menggambarkan manusia harus berhati-hati dalam menjalani kehidupan. Tangan yang cacat menggambarkan manusia bisa berusaha tetapi Tuhan yang menentukan hasil akhirnya. Mata yang cacat menunjukkan manusia harus memahami realitas kehidupan.

Filosofi : Anak pertama Semar,dengan tangan yang cacat,kaki yang pincang,mata yang juling,melambangkan CIPTA, bahwa menciptakan sesuatu, dan tidak sempurna, kita tidak boleh menyerah. Bagaimana pun kita sudah berusaha Apa pun hasilnya, pasrahkan pada Tuhan.

Petruk

petruk2Petruk berasal dari kata fat ruk (tinggalkanlah). Petruk adalah anak kedua Semar. Tokoh petruk digambarkan dengan bentuk panjang yang menyimbolkan pemikiran harus panjang. Dalam menjalani hidup manusia harus berpikir panjang, tidak gegabah dan sabar. Bila tidak berpikir panjang, biasanya akan mengalami penyesalan di akhir. Petruk merupakan tokoh yang nakal dan cerdas, serta bermuka manis dengan senyuman yang menarik hati, pandai berbicara, dan juga sangat lucu.  Ia suka menyindir ketidak benaran dengan lawakan-lawakannya.

Filosofi : Anak kedua Semar. Dari kegagalan menciptakan Gareng, lahirlah Petruk. Dengan  tangan dan kaki yang panjang, tubuh tinggi langsing, hidung mancung,wujud dari CIPTA, yang kemudian diberi RASA, sehingga terlihat lebih indah dengan begitu banyak kelebihan.

Bagong

bagongBagong berasal dari kata al ba gho ya (perkara buruk).Bagong adalah punakawan Jawa. Bagong adalah anak bungsu Semar atau punakawan ke 4. Dalam cerita pewayangan, Bagong adalah tokoh yang diciptakan dari bayangan Semar. Bagong bertumbuh tambun gemuk seperti halnya Semar. Namun seperti anak-anak semar yang lain, Bagong juga suka bercanda bahkan saat menghadapi persoalan yang teramat serius. Serta memiliki sifat lancang dan suka berlagak bodoh. Ia juga sangat lucu. Karakter yang disimbolkan dari bentuk bagong adalah manusia harus sederhana, sabar, dan tidak terlalu kagum pada kehidupan di dunia.

Filosofi : anak ketiga Semar. Wujud dari KARYA. dialah yang dianggap sebagai manusia yang sesungguhnya. Walau petruk lengkap dengan keindahan dan kesempurnaan, tapi  bagong lah yang dianggap sebagai manusia utuh. Karena dia memiliki kekurangan. Jadi  manusia yang sejati adalah manusia yang memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh sebab itu jangan takut atau malu karena kekurangan kita. Karena kekurangan itulah yang menjadikan kita manusia seutuhnya. Yang perlu kita pikirkan sekarang adalah, bagaimana meminimalkan kekurangan kita, dan memaksimalkan kelebihan kita, karena bagaimana pun kekurangan dan kelebihan itu tidak bisa kita buang atau kita hilangkan.

Sumber: Berbagai Sumber