Imbas Corona Sekolah, Kantor, Tempat Ibadah Tutup Kalau Tempat Hiburan Tutup Nggak ?

Mewabahnya virus Corona berimbas pada kehidupan sehari-hari. Memang di Indonesia tidak ada kebijakan Lock Down, hanya saja pemerintah sudah memberikan kebijakan bagi pelajar tidak usah masuk sekolah namun cukup belajar dari rumah, begitu juga para ASN lewat surat menpan RB bekerja dari rumah selama 14 hari.

Kebijakan belajar dan bekerja dari rumah untuk mencegah penularan virus corona yang hanya menular lewat kontak langsung. 14 hari adalah masa inkubasi dari virus ini, jika dalam 14 para pelajar dan ASN tidak memiliki gejala Corona berarti dia lolos dari virus tersebut. Hal ini bisa meminimalisir penyebaran corona tanpa melakukan lock down.

Namun disini harus benar diawasi apakah para pelajar dan pekerja ini benar-benar melakukan aktifitas keseharian hanya di rumah atau malah memanfaatkannya sebagai ajang liburan untuk rekreasi ?

Setelah kebijakan belajar dan bekerja dari rumah ada saja kawasan wisata yang jadi ramai. Ini yang harus dihindari, diharapkan untuk membatasi interaksi dari keramaian malah datang ke tempat keramaian.

Ngomongin masalah wisata dan rekreasi beberapa daerah menutup tempat wisatanya. Sebut saja kabupatrn Cirebon menutup sementara wisata Ziarah Makam Sunan Gunung Jati, begitu juga Makam Maulana Malik Ibrahim sudah ditutup untuk umum sampai batas waktu yang tidak ditentukan.

Bahkan pemerintah juga memberikan himbauan orang beribadah di rumah saja. MUI sendiri sampai meniadakan shalat Jum’at dan Shalat Berjamaah lainya.

Begitu takutnya kita dengan virus Corona sampai-sampai menghadap dan mendatangi rumah Tuhan pun takut. Okelah ini dikarenakan untuk menghindari kontak langsung dan meminimalisir penyebaran vitus tersebut.

Namun kalau difikir saat kita datang ke tempat ziarah ataupun masjid pastinya kita sudah dalam keadaan steril atau bersih karena berwudhu. Kalau tempat ziarah dan tempat ibadah saja tutup kenapa tempat hiburan malam tidak tutup ?

Sebenarnya tempat hiburan malam seperti karaoke, cafe, bar dan diskotik lebih berpotensi adanya kontak langsung. Apalagi tempat ini menyediakan minuman keras, saat kesadaran mulai hilang dan berjoget ikut irama musik sudah pasti sentuhan langsung tidak dapat dihindari. Jadi disini potensi penularan virus corona lebih tinggi dong.

Ups mungkin juga sih mereka yang tidak menutup tempat hiburan malam merasa virus ini mati oleh alkohol jadi mereka tetep buka seperti biasa. Semoga pemerintah daerah yang belum menutup tempat hiburan malam segera menutupnya agar efektif kebijakanya.

Sebenarnya di negara lain bahkan di negara komunis sekalipun mereka berbondong-bondong ke masjid mengikuti cara muslim menghindari corona. Salah satu gubernur di Indonesia bahkan menyerukan jangan tinggalkan Masjid karena Corona. Semoga negeri yang kita cintai ini segera pulih dan terbebas dari virus ini.