Cirebonmedia.com– Negeri para dewa sedang dihantam badai krisis ekonomi yang cukup mengerikan. Berbagai sektor bisnis dan perbankan dalam negeri lumpuh, demo terjadi dihampir seluruh kota, mogok masal menghiasi Negara yang sejak dahulu dikenal sebagai salah satu tempat dimana peradaban maju pernah terjadi.

Negara yang terletak dibagian Eropa selatan ini mulai bergabung menjadi bagian dari Uni Eropa pada tahun 2001 dan sejak itu pula mengganti mata uangnya dengan euro, keadaan ekonomi negara ini diperkirakan akan terus tumbuh dan diikuti oleh ledakan ekonomi. Namun perkiraan ini berbanding terbalik ketika krisis keuangan menerpa pada tahun 2008. Pada masa itu, semua negara di Eropa mengalami resesi, namun karena Yunani merupakan salah satu negara yang paling miskin dengan hutang bertumpuk, negara itu yang paling menderita dan merasakan dampaknya.

Yunani yang memiliki beban utang hingga mencapai 177% dari produk domestik bruto, atau PDB, membuat negara ini sulit mengumpulkan uang yang dibutuhkan untuk melakukan pembayaran hutang.

Selama lima tahun terakhir, Yunani melakukan negosiasi dengan Komisi Eropa, Bank Sentral Eropa, dan Dana Moneter Internasional terkait bantuan keuangan untuk mengatasi beban utang mereka. Ketiga lembaga ini dikenal dengan sebutan “troika”. Sejak 2010, Troika memberikan pinjaman kepada Yunani dengan syarat penaikan pajak dan pemotongan belanja.

Namun, Yunani tak juga mampu menyelamatkan kondisi finansialnya. Keadaan ini berujung pada kegagalan Yunani untuk membayar utang sebesar US$1,7 miliar kepada Dana Moneter Internasional, atau IMF, dengan tenggat waktu yang ditentukan, yaitu Selasa (30/6), menjadikan Yunani sebagai negara maju pertama yang gagal membayar utang dan hanya hidup dari uang pinjaman untuk sementara waktu.

Dilansir BBC Indonesia, Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia, I Kadek Dian Sutrisna Artha, mengatakan krisis ekonomi Yunani dalam jangka pendek akan memberi dampak terhadap pasar keuangan global, terutama nilai tukar euro terhadap dolar AS yang menurun. Konsekuensinya, dolar AS kian kuat di dunia.

Di Indonesia, penguatan dolar AS mengakibatkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah. Berdasarkan data Bank Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap mata uang Amerika Serikat pada Senin (06/07) mencapai Rp13.286 rupiah per US$1. Situasi itu, menurut Kadek, merugikan sektor riil Indonesia, terutama industri.

“Sebab, bahan baku bahkan barang modal industri domestik banyak tergantung impor. Dengan terdepresiasinya rupiah terhadap dolar AS, mengimpor bahan baku akan semakin mahal,” kata Kadek.

Ketika semua penyebab krisis ini diformulasikan, hasilnya adalah sebuah drama tragedi yang hebat berjudul “Krisis Yunani”. saking hebatnya sampai-sampai ia mampu menggoncang Uni Eropa, bahkan global. Karena krisis di yunani berdampak pada melemahnya kepercayaan publik dunia, terutama investor, terhadap nilai mata uang Yunani. Mari kita segarkan kembali ingatan kita bagaimana krisis ekonomi di Indonesia pada 1997 silam membuat nilai mata rupiah tidak hanya melemah, namun merosot tajam. Itulah juga yang terjadi di Yunani sekarang ini. Masalahnya mata uang yang dipakai yunani adalah Euro. Yakni mata uang yang sama dipakai dengan negara-negara uni eropa lainnya. krisis di yunani tidak hanya berefek pada turunnya nilai euro di Yunani sendiri, namun mempengaruhi nilai euro secara keseluruhan. Bisa dikatakan Uni Eropa saat ini sedang mengalami apa yang dikatakan para ahli sebagai Domino Effect Theory.

Sangat menyedihkan ketika menyaksikan salah satu Negara yang terkenal dengan peninggalan-peninggalan sejarah peradaban maju serta tempat dimana lahirnya banyak para pakar ilmu pengetahuan dunia ini menuju ambang kebangkrutan. Mereka tak bisa lagi mengharapkan bantuan dari Dewi Athena atau pun Dewa Zeus, Yunani harus segera berbenah jika tak ingin negaranya hancur dan kerusuhan terus berlanjut.

 

 

Sumber: CNN, BBC, Academia

Image By: Google.com