2 Metode Pembuatan Garam

Garam di laut sangat berbeda dengan garam yang ada di rumah. Garam di laut sebenarnya merupakan larutan yang sagat kompleks dan mengandung lebih dari 50 gram mineral alami. Dalam kandungan air laut, kandungan sodium klorida (garam dapur) yang paling melimpah, sedangkan mineral lainnya dalam konsentrasi rendah antara lain garam kalsium (kalsium karbonat, magnesium sulfat, dan magnesium bromida).

Air laut memiliki kadar garam rata-rata 3,5%. Artinya, dalam 1L air mengandung 35gram garam, namun tidak seluruhnya. Walaupun kebanyakan air laut didunia memiliki kadar garam rata-rata 3,5%, air laut juga berbeda-beda dengan kandungan garamnya. Air laut yang memiliki kadar garam 10x lebih besar dari kadar garam air laut rata-rata adalah laut mati. Ini dikarenakan di mana suhu tinggi dan sirkulasi terbatas membuat penguapan tinggi dan sedikit masukan air dari sungai-sungai.

Garam merupakan komoditas yang sangat penting bagi kehidupan. Garam tidak hanya dijadikan bahan konsumsi saja, namun garam juga dapat dikategorikan dalam bahan industri, seperti industri penyamakan kulit, pengeboran minyak di lepas pantai, dan lain sebagainya.

Biasanya para petani membuat garam secara tradisional. Ada 2 jenis metode, yaitu metode petakan-petakan untuk penguapan menggunakan sinar matahari, dan dengan cara teknik perebusan (garam rebus).

pembuatan garam dengan metode penguapan. Sumber: Dhamadharma-wordpres.com

Biasanya para petani garam menggunakan metode petakan-petakan, untuk mendapatkan hasil garam yang lebih baik dengan kristal yang besar. Para petani secara langsung menguapkan air laut yang dialirkan ke petakan-petakan. Proses ini dinamakan proses kristalisasi (penguapan) yaitu dengan cara memisahkan campuran atau zat pelarut dari pelarutnya, menggunakan pemanasan atau penyerapan kalor berdasarkan titik didihnya. Air memiliki titik didih yang rendah dari pada garam, sehingga ketika air laut terkena sinar matahari, akan menguap dan menghasilkan partikel-partikel garam yang kemudian membentuk kristal-kristal garam. Selanjutnya, kristal-kristal ini dikumpulkan kemudian di cuci hingga bersih dan dijemur lagi sampai menghasilkan garam yang layak konsumsi.

metode pembuatan garam dengan metode perebusan garam. Sumber: Dhamadharma-wordpress.com

Beda halnya dengan proses perebusan garam. Metode tradisional ini menggunakan garam yang masih kasar dan sudah jadi, kemudian dilarutkan dengan air laut, setelah air dan garam larut, kemudian di filter agar air jernih. Setelah melalui proses pemfilteran, direbus dengan menggunakan bara api sekitar 3-4 jam bahkan lebih. Perbedaan untuk 2 metode ini adalah, jika menggunakan metode penguapan (kristalisasi) garam lebih kasar. Sedangkan teknik merebus, hasilnya garam akan lebih halus.

Faktor yang mempengaruhi produksi garam

  • air laut, air laut yang terkontaminasi, sangat mempengaruhi waktu yang diperlukan untuk pemekatan (penguapan).
  • Keadaan cuaca, keadaan cuaca sangat berpengaruh. Misalnya, panjang kemarau. Cuaca ini berpengaruh langsung kepada “kesempatan” kita untuk membuat garam yang lebih banyak dengan pertolongan sinar matahari. Kemuadian curah hujan. Merupakan indikator yang berkaitan erat dengan panjang kemarau yang kesemuanya mempengaruhi daya penguapan air laut. Kemudian kecepatan angin. Kelembaban udara dan suhu udara sangat mempengaruhi kecepatan penguapan air, dimana makin besar penguapan maka makin besar jumlah kristal garam yang mengendap.
  • Tanah,  tanah mempengaruhi kecepatan perembesan (kebocoran) air laut kedalam tanah. Bila kecepatan perembesan ini lebih besar daripada kecepatan penguapannya, apalagi bila terjadi hujan selama pembuatan garam, maka tidak akan dihasilkan garam. Jenis tanah juga mempengaruhi warna dan kemurnian garam.
  • Pengaruh air,
     Pada kristalisasi garam konsentrasi air garam harus antara 25–29°Be. Bila konsentrasi air tua belum mencapai 25°Be maka gips (Kalsium Sulfat) akan banyak mengendap, bila konsentrasi air tua lebih dari 29°Be Magnesium akan banyak mengendap.
Sumber: berbagai sumber
Oleh: Siti.J SMKN 1 Palasah