CERITA TENTANG NAMA JALAN DI KOTA CIREBON – EPISODE 1: SILIWANGI

Cirebonmedia.com- Hampir di semua daerah di Indonesia, jalan raya serta wilayah di dalamnya diberi nama dengan menggunakan nama-nama tokoh, pahlawan, dan sering juga menggunakan istilah yang diambil dari sebuah sejarah kejadian di masa silam ataupun cerita rakyat. Terkadang nama-nama tersebut terdengar familiar di telinga kita, namun tak jarang juga bahkan kita tidak mengenal siapa tokoh yang namanya dijadikan nama sebuah jalan itu. Seringkali kita tidak tahu peristiwa apa yang melatarbelakangi tercetusnya nama suatu daerah. Lewat artikel ini, penulis ingin mengajak kita belajar kembali sejarah Cirebon dan Nusantara dengan cara yang fun lewat Cerita Tentang Nama Jalan di Kota Cirebon – Episode 1: Siliwangi. Selamat membaca 😊

SILIWANGI

Mari kita mulai belajar sejarah dengan menyusuri jalan Siliwangi, Kota Cirebon. Nama jalan yang paling tersohor di Kota Cirebon ini diambil dari nama tokoh yang sangat melegenda di bumi nusantara, khususnya di deretan tanah pasundan. Siliwangi atau Prabu Siliwangi, adalah sebutan masyarakat sunda, Cirebon dan semua orang jawa barat pada sosok raja dari kerajaan Sunda Galuh dan Pajajaran, sedangkan nama aslinya yaitu Sri Baduga Maharaja. Ia lahir 1401 M di Kawali Ciamis, mengawali pemerintahan zaman Pakuan Pajajaran Pasundan, memerintah Kerajaan Sunda Galuh selama 39 tahun (1482-1521) dan mengantarkan Pakuan Pajajaran mencapai puncak perkembangannya.

Nama Siliwangi berasal dari kata “Silih” dan “Wawangi”, artinya sebagai pengganti Prabu Wangi, nama lain dari Prabu Maharaja. Konon katanya, Prabu Maharaja dikenal sebagai sosok yang sangat pemberani, menguasai ilmu senjata dan mahir berperang. Ia senantiasa mengharapkan kemakmuran dan kesejahteraan hidup rakyatnya di seluruh bumi Tatar Sunda. Kemashurannya sampai hingga ke negara di pulau-pulau Dwipantara atau Nusantara. Kemashuran Sang Prabu Maharaja membangkitkan rasa bangga kepada keluarga, menteri-menteri kerajaan, angkatan perang dan rakyat Tatar Sunda. Oleh karena itu, nama Prabu Maharaja ‘mewangi’. Selanjutnya ia di sebut Prabu Wangi. Lalu keturunannya disebut dengan nama Prabu Siliwangi.

cirebonmedia.com. Cirebon
Image: Lukisan Prabu Siliwangi

Salah satu kisah heroiknya tercatat dalam sejarah perang Bubat, dimana ia dengan gagah berani menghadapi pasukan besar Majapahit yang dipimpin oleh sang Patih Gajah Mada yang jumlahnya tidak terhitung. Hingga akhirnya ia bersama semua pengiringnya pun gugur tidak tersisa.

“Ia senantiasa mengharapkan kemakmuran dan kesejahteraan hidup rakyatnya di seluruh bumi Tatar Sunda. Kemashurannya sampai hingga ke negara di pulau-pulau Dwipantara atau Nusantara.”

HUBUNGAN SILIWANGI DENGAN CIREBON

Dalam Naskah Pustaka Nagara Kertabhumi diceritakan bahwa pada tanggal 12 bagian terang bulan Caitra tahun 1404 Saka, Syarif Hidayat atau lebih dikenal Sunan Gunung Jati menghentikan pengiriman upeti yang seharusnya dibawa setiap tahun ke Pakuan Pajajaran. Syarif Hidayat yang masih cucu Sri Baduga dari Rara Santang dijadikan raja oleh pamannya (Pangeran Cakrabuana) dan menjadi raja merdeka terlepas dari Pajajaran di Tatar Pasundan (Jawa Barat dan Banten).

Karena peringatan dari Pajajaran tidak diindahkan, Tumenggung Jagabaya beserta 60 anggota pasukannya dikirimkan dari Pakuan ke Cirebon. Jagabaya tak berdaya menghadapi pasukan gabungan Cirebon-Demak yang jumlahnya sangat besar. Setelah berunding, akhirnya Jagabaya menyerahkan diri dan masuk Islam. Peristiwa itu Sri Baduga marah dan berencana mengirim pasukan besar untuk menyerang Cirebon. Akan tetapi pengiriman pasukan itu dapat dicegah oleh Purohita (pendeta tertinggi) keraton Ki Purwa Galih. Lantaran Cirebon adalah daerah warisan Cakrabuana (Walangsungsang) dari mertuanya (Ki Danusela) dan daerah sekitarnya diwarisi dari kakeknya Ki Gedeng Tapa (Ayah Subanglarang santri Syekh Quro). Cakrabuana sendiri dinobatkan oleh Sri Baduga sebagai penguasa Cirebon dengan gelar Sri Mangana. Karena Syarif Hidayat dinobatkan oleh Cakrabuana dan juga masih cucu Sri Baduga, maka alasan pembatalan penyerangan itu bisa diterima oleh penguasa Pajajaran.

Mulai saat itu, Cirebon adalah wilayah merdeka, tidak terikat aturan dengan Pajajaran.

Di Cirebon saat ini, jalan Siliwangi adalah jalan sentral terpenting sebagai pusat kota dan pemerintahan. Alun-alun Kota, gedung Balai Kota dan rumah dinas Walikota Cirebon terletak di jalan Siliwangi. Beberapa tempat dan bangunan penting juga terletak di jalan Siliwangi, seperti Stasiun Cirebon (Kejaksan), dan lain sebagainya.